Kekurangan Kedelai Untuk Pakan
Kupang, 20 Oktober
Peternakan burung unta yang dikelola PT Royal Timor Ostrindo di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat ini kekurangan kacang kedelai untuk campuran pakan bagi burung unta. Komoditas pertanian tersebut terpaksa harus didatangkan dari Surabayabersama beberapa jenis bahan baku pakan lainnya.
Direktur PT Royal Timor Ostrindo, Arsul Sutana kepada Pembaruan di Kupang, Minggu (19/10) petang mengatakan, sebenarnya kehadiran peternakan burung unta di daerah ini memberikan peluang usaha kepada masyarakat sekitarnya. Sayangnya, peluang tersebut tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Dikatakan, masyarakat petani di Pulau Timor khususnya di bagian barat, umumnya masih terpaku pada kebiasaan pertanian monokultur yang dilakukan sejak turun-temurun. Sehingga apabila diimbau untuk melakukan diversifikasi pertanian, belum tentu dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Ia mencontohkan, petani yang mau menanam kedelai sangat kecil jumlahnya sehingga kebutuhan bahan baku pakan bagi peternakan burung unta selalu tidak mencukupi kalau harus menunggu dari petani setempat. Padahal, perusahaannya mematok harga pembelian kedelai dari tangan KUD sebesar Rp 1.000 per kilogram.
Perusahaan peternakan burung unta yang baru melakukan investasinya di Kupang sejak April 1996 lalu dengan mendatangkan sekitar 500 ekor bibit burung unta langsung dari Zimbabwe, Afrika. Menyusul 500 ekor anak burung yang berusia 9 bulan yang hingga kini masih ditempatkan di lokasi Karantina di kawasan Noelbaki, Kupang Tengah.
Burung unta yang ditempatkan di Oelkuku-Camplong, Kecamatan Fatuleu tersebut, ternyata mampu beradaptasi dengan alam Pulau Timor yang mirip dengan kondisi di habitat aslinya di Afrika. Di mana, induk-induk burung tersebut bertelur dengan baik dan kini berhasil ditetaskan sekitar 500 ekor anak burung unta.
Untuk penetasan, perusahaan tersebut mendatangkan empat unit mesin pengeraman berkapasitas 480 butir telur per unit, ditambah dengan dua buah mesin pemanas. Telur burung unta yang ditetaskan dengan mesin setelah menjalani pengeraman sekitar 42 hari.
Menurut pengamatan Pembaruan ketika mengikuti kunjungan kerja Bupati Kupang, Paul Lawa Rihi ke lokasi penangkaran di Camplong, Sabtu (18/10) siang, kondisi anak-anak burung unta hasil tetasan perdana di Kupang yang ditempatkan terpisah dari induknya, ternyata bertumbuh dengan baik.
''Ini membuktikan, investasi burung unta yang dilakukan PT Royal Timor Ostrindo bukan basa-basi. Untuk itu, hendaknya masyarakat menangkap peluang yang diberikan perusahaan ini. Antara lain dengan menyiapkan bahan baku pakan yang memang sangat dibutuhkan perusahaan ini,'' kata bupati.
Sebab, lanjut Paul Lawa Rihi, perusahaan ini juag siap membeli jagung, dedak halus dan rumput alang-alang dengan harga pantas. Namun pola pembeliannya dilakukan lewat KUD, sehingga masyarakat diimbau agar menjadi anggota KUD.
Mengingat luas lahan penangkaran di Oelkuku-Camplong yang efektif dapat dimanfaatkan hanya 250 hektare, PT Royal Timor Ostrindo segera memperluas lokasi penangkaran ke Desa Oefafi, Kecamatan Kupang Timur, dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai penangkar dengan sistem Inti-Plasma. (120)