SUARA PEMBARUAN ONLINE
Pengantar Redaksi:
Jika melihat ratusan burung unta (Struthio camelius) berlari-lari dengan bebas, rasanya seperti menyaksikan kehidupan di padang sabana Afrika. Padahal, unggas raksasa itu berada di tempat pemeliharaan pada areal peternakan milik PT Royal Timor Ostrindo di kawasan Camplong, sekitar 45 kilometer arah timur Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di peternakan ini terdapat 560 burung unta yang dikembangbiakkan. Bupati Kupang, Paul Lawa Rihi mengungkapkan kepada wartawan Pembaruan, B Priyowibowo yang merekam perkembangan peternakan tersebut dalam foto-foto akhir Januari lalu, burung unta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Dagingnya mengandung kolestrol sangat rendah, bisa sebagai pengganti daging sapi untuk diekspor ke Jepang, Korea Selatan dan Eropa. Kulitnya bisa dijadikan tas, jaket dan sepatu. Untuk itu Pemda Kupang mencarikan lahan peternakan yang ideal, luasnya 450 hektare, dengan harapan burung unta dapat menjadi primadona ekspor NTT.
JANTAN - Burung unta jantan dan betina dibedakan dari warna bulunya. Yang jantan berwarna hitam dan putih, sedangkan yang betina berwarna cokelat dan putih. Seekor burung unta jantan yang telah dewasa, tingginya bisa mencapai 2,5 hingga 3 meter.
INKUBATOR - Seorang petugas kandang memperlihatkan dua telur burung unta, panjangnya kira-kira 15 sentimeter, dikumpulkan dari kandang burung induk. Telur kemudian dimasukkan ke inkubator untuk ditetaskan, waktu yang diperlukan 42 hari.
STRES - Mendekati burung unta harus dengan cara-cara tertentu, bergerak pelan-pelan, karena sifat burung ini sangat peka dan mudah stres.
BURUNG BETINA - Burung unta betina yang berumur 2,5 tahun mulai bertelur dengan jumlah telur antara 50 hingga 75 butir telur setahun.
DUA JARI - Berbeda dengan kebanyakan kaki unggas yang lain, burung unta memiliki dua jari ke depan dan dapat lari mencapai 60 kilometer per jam.
The CyberNews was brought to You by the OnLine Staff
Gewijzigd
op: GMT
|Hoofdindex|NTT|Timor|